Senin, 29 November 2010

KESEIMBANGAN EKONOMI


KATA PENGANTAR
bismillah2

            Puji dan syukur penulis persembahkan kehadhirat Allah swt yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “KESEIMBANGAN EKONOMI”.
            Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad saw yang telah memberikan pedoman hidup bagi umat manusia.
            Dalam pembuatan makalah ini banyak kendala yang penulis hadapi. Hal ini disebabkan terbatasnya ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Akan tetapi berkat bantuan ikhlas dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing, pegawai perpustakaan, dan kawan-kawan yang telah membantu ikut menyelesaikan makalah ini.
            Memang penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dari cara penulisan maupun dari isinya. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun dari pembaca sema sangat penulis harapkan.
            Akhirnya, dengan penuh kerendahan hati penulis persembahkan makalah yang sederhana ini moga dapat digunakan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan.
              

                                                                                    Banda Aceh,   18 Oktober 2010


                                                                                   
                                                                                       PENULIS
  



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................        i
DAFTAR ISI....................................................................................................         ii

PEMBAHASAN
I.        Keseimbangan Umum Ditinjau Menyeluruh...........................................      1
II.        Keseimbangan Umum Bentuk Kurva  Permintaan Agregatif  dan Kurva Penawaran Agregatif                  2
III.        Keseimbangan Umum dengan Asumsi Klasik Murni.............................      4
IV.        Keseimbangan Umum dengan Asumsi Keynes Murni............................      5
V.        Keseimbangan Umum dengan Asumsi Campuran.................................      7


     I.     Keseimbangan Umum Ditinjau  Menyeluruh

Istilah general ekuilibrium atau keseimbangan umum juga sering dipergunakan dalam artian yang berbeda-beda. Khususnya untuk istilah keseimbangan tersebut, bedanya terutama disebabkan oleh perbedaan asumsi yang dipergunakan dengan model-model analisis yang bersangkutan.
Dikatakan bahwa perekonomian akan berada dalam keadaan seimbang umum apabila dipenuhi semua syarat ekuilibriumnya pasar komoditi dan pasar uang. Untuk model analisis permintaan-penawaran agregatif, pernyataan tersebut tidak berlaku lagi, sebab dengan hanya dipenuhi syarat-syarat tersebut kita masih belum tahu apakah tingkat harga sudah berada dalam keadaan ekuilibrium ataukah belum. Bukankah ekuilibriumnya pasar komoditi dan pasar uang dapat terjadi pada tingkat harga yang berbeda-beda.
Dalam model analisis permintaan-penawaran agregatif terpernuhinya syarat ekuilibrium pasar komoditi dan pasar uang hanya cukup untuk dapat menghasilkan sebuah kurva permintaan agregatif. Ini berarti bahwa selain pasar komoditi dan pasar uang, pasar sumber daya manusia perlu juga berada dalam keadaan ekuilibrium untuk dapat tercapainya ekuilibrium dalam perekonomian. Ketiga pasar tersebut akan berada dalam keadaan ekuilibrium apabila tingkat harga dan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium berada pada ketinggian yang ditunjukkan oleh titik potong kurva permintaan agregatif dengan kurva penawaran agregatif.
Dengan contoh kurva permintaan agregatif AgS dan kurva permintaan agregatif AgD, kita temukan nilai-nilai ekuilibrium variabel-variabel endogen sebagai berikut:
1.      Tingkat harga pasar ekuilibrium = OH*=4
2.      Tingkat pendapatan nyata nasional ekuilibrium = OY*
3.      Tingkat upah nyata ekuilibrium = OW*
4.      Tingkat upah nominal ekuilibrium = WH*
5.      Tingkat kesepakatan kerja ekulibrium = ON*
6.      Tingkat bunga ekuilibrium = Or*
7.      Jumlah uang yang ada di tangan para spekulan untuk maksud spekulasi = OL*2
8.      Pengeluaran investasi ekuilibrium = OI*
9.      Besarnya saving atau penabungan ekuilibrium = OS*
10.  Besarnya uang yang terpegang oleh masyarakat untuk maksud-maksud transaksi dan berjaga-jaga = OL*­1

  II.     Keseimbangan Umum Bentuk Kurva Permintaan Agregatif dan Kurva Penawaran Agregatif

·         Bentuk Kurva Penawaran Agregatif
Dengan asumsi klasik kurva penawaran agregatif yang dihasilkan mempunyai bentuk garis lurus sejajar dengan sumbu tingkat harga. Sebaliknya apabila kita menggunakan asumsi adanya unsur monopsonistik di pasar tenaga kerja, maka kurva penawaran agregatif yang dihasilkan dari tingkat harga yang berlaku, bergerak ke atas sejajar dengan sumbu tingkat harga, sedangkan ke bawah bergerak mengarah ke sumbu tingkat harga.

              H                       Ags                                                                        







      K
0                                            C                               Y
Gambar 10.1.   Kurva penawaran Agregatif dengan asumsi Klasik melawan asumsi Keynes
Kurva diatas merupakan kurva penawaran agregatif dengan menggunakan asumsi klasik, Asumsi-asumsi yang berpengaruh terhadap bentuk penawaran agregatif, ada juga asumsi-asumsi yang berpegaruh terhadap bentuk permintaan agregatif yaitu
A.      Asumsi-asumsi Keynes
a)      Adanya bagian dari kurva permintaan uang untuk spekulasi yang elastik sempurna, yaitu yang terkenal dengan sebutan Keynesian liquidity trap
b)      Adanya bagian dari kurva permintaan investasi yang inelastik sempurna, yaitu dengan kata lain sejajar dengan sumbu tingkat bunga.
B.       Asumsi-asumsi klasik dan pendukungnya
a)        Kurva permintaan uang untuk spekulasi inelastik sempurna, dan tidak mengenal adanya liquidity trap
b)        Dalam perekonomian bekerja pigou effect
·         Bentuk Kurva Permintaan Agregatif
Kurva permintaan agregatif Agd. Dengan menggunakan asumsi klasik kurva permintaan agregatif bergerak dari Agd Ke C, sedangkan sebagai akibat adanya liquidity trap dan atau adanya bagian kurva permintaan investasi yang inelastik sempurna, kurva permintaan agregatif pada tingkat pendapatan nyata nasional tertentu berbelok ke bawah sangat tajamnya, bahkan mungkin sejajar dengan sumbu tingkat harga. Yaitu :
Apabila kurva IS telah memotong bagian LM yang kita sebut liquidity trap, menurunnya tingkat harga yang mengakibatkan bergesernya kurva LM ke kanan melalui Keynes effect tidak mengubah titik ekuilibrium IS-LM. Ini berarti menurunnya tingkat harga tidak mengakibatkan meningkatnya jumlah produk nasional yang diminta. Oleh karena itu kurva permintaan agregatif sejajar dengan sumbu tingkat harga.
Kurva permintaan investasi yang sejajar dengan sumbu tingkat bunga, yaitu yang kita sebut inelastik sempurna, menghasilkan kurva IS juga sejajar dengan sumbu tingkat bunga. Inipun mengakibatkan bergesernya kurva LM ke kanan sebagai akibat bekerjanya Keynes effect tidak menghasilkan titik ekuilibrium IS-LM pada tingkat produk nasional yang lebih ke kanan. Ini mengandung makna kurva permintaan agregatif sejajar dengan sumbu tingkat harga.  
    H                                                                                                                                                                  Agd        


                                                                     C

                       0                          K                       Y
Gambar 10.2.   Kurva permintaan agregatif dengan asumsi klasik lawan asumsi Keynes
            Perhatikan Gambar 10.2. di mana tergambar kurva permintaan agregatif AgD. Dengan Bentuk kurva permintaan yang didasarkan kepada asumsi jerat liquiditas atau liquidity trap, dan atau asumsi inelastik sempurnanya kurva permintaan investasi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa perekonomian dapat berada dalam keadaan ekuilibrium sekalipun dalam perekonomian terdapat banyak pengangguran. Kesimpulan teori ini dengan sendirinya berlawanan dengan kesimpulan teroritik klasik yang mengatakan bahwa keadaan ekuilibrium dalam perekonomian hanya akan tercapai pada keadaan full-employment.
            A.C. Pigou, salah seorang pendukung dengan hipotesis saldo kas nyata-nya, mencoba mempertahankan kesimpulan teoritik klasik dengan mengatakan bahwa menurunnya tingkat harga pada masa depresi akan mengakibatkan meningkatnya nilainya nyata saldo kas masyarakat. Ini akan meningkatnya pengeluaran konsumsi, yang tercermin oleh bergesernya kurva IS ke kanan. Pengaruh selanjutnya dari bergesernya kurva IS ke kanan ini persis sama dengan pengaruh bergesernya kurva IS ke kanan sebagai akibat dari kebijakan ekspansi. Yaitu sekalipun adanya liqudity trap atau kurva permintaan investasi yang inelastik sempurna, sebagai akibat bekerjanya pigou effect melalui bergesernya kurva IS tersebut, titik ekuilibrium IS – LM akan bergeser ke kanan. Ini bahwa menurunnya tingkat harga kembali menyebabkan bertambahnya jumlah produk nasional yang diminta, sehingga bentuk dari kurva permintaan agregatif kembali tidak lagi inelastik sempurna, persis seperti yang diasumsikan kaum klasik.
III.     Keseimbangan Umum Dengan Asumsi Klasik Murni



                        H
                                                       Ags

                       H*                                       

         AgD

                                                                                                                       
                         0                              Yf*                    Y
Gambar 10.3.Keseimbangan Umum dengan Asumsi Klasik Murni    

            Istilah murni disini digunakan sekedar untuk meunjukkan baik kurva permintaan agregatif maupun kurva penawaran agregatif kedua-duanya didasarkan kepada asumsi klasik. Masalah yang sama, akan tetapi dengan menggunakan asumsi Keynes murni.
            Sebelumnya telah disebutkan bentuk-bentuk kurva permintaan aggregatif dan kurva penawarn agregatif dengan menggunakan asumsi klasik, oleh karena kurva penawaran agregatif, AgS, berbentuk garis lurus sejajar dengan sumbu tingkat harga tepat pada ketinggian full-employment income, maka dengan semua titik potong dengan kurva permintaan agregatif juga selalu ada pada tingkat full-employment. Oleh karena itulah kesimpulan teoritik klasik menyebutkan bahwa perekonomian tanpa campur tangan pemerintah mempunyai tendensi untuk memiliki titik ekuilibrium permintan-penawaran agregatif pada tingkat full-employment.
            Kesimpulan teoritik Klasik dapat pula dipergunakan sebagai landasan kesimpulan teoritik teori kuantitas uang, yang juga termasuk pemikiran kaum Klasik, yang mengatakan bahwa tingkat harga mempunyai tendensi untuk berubah searah dengan proporsional dengan perubahan jumlah uang yang beredar. Dengan menggunakan asumsi tidak berubahnya kecepatan peredaran uang dalam masyarakat, meningkatnya (menurunnya) jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan bergesernya kurva permintaan agregatif  ke kanan/ke atas (ke kiri/ke bawah) yang selanjutnya dengan kurva penawaran agregatif yang berbentuk garis vertikal sejajar dengan sumbu tingkat harga, akan mengakibatkan meningkatnya (menurunnya) tingkat harga dengan persentase yang tingginya sama dengan persentase kenaikan (penurunan) jumlah uang yang beredar.

IV.     Keseimbangan Umum dengan Asumsi Keynes Murni
H                     AgD3              AgS



                                       AgD2
                                                                     C                                                                                   
                                                          B       R 
                                          A

                            K

                      0                       Y1       Y2     Yf                 Y
Gambar 10.5. Keseimbangan Umum dan Asumsi Keynes Murni

Pada Gambar 10.5 Kurva AgS merupakan kurva penawaran agregatif dengan menggunakan asumsi Keynes. Mengenai apakah keseimbangan umum akan terjadi pada tingkat full employment ataukah tidak tergantung kepada letak dan bentuk dari kurva permintaan agregatif. Apabila kurva penawaran agregatif terpotong, oleh kurva permintaan agregatif pada tingkat harga lebih rendah dari Titik R, keadaan ekuilibrium dalam perekonomian akan tercapai pada tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempakatan kerja di bawah full-employment. Contohnya ialah apabila kurva permintaan agregatif yang terjadi ialah kurva permintaan agregatif AgD1, maka titik keseimbangan umum tercapai pada titik A, dengan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium OY1, yang jelas lebih rendah dari tingkat pendapatan nasional ekuilibrium OYf.
            Sebaliknya, apabila kurva penawaran agregatif terpotong oleh kurva permintaan agregatif di atas titik R, maka perekonomian akan berada dalam keadaan ekuilibrium pada tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja full-employment. Hal ini terjadi misalnya dengan kurva permintaan agregatif AgD, yang menghasilkan titik potong C pada kurva penawaran agregatif AgS.
Pertanyaan yang timbul kemudian ialah : Apakah yang dapat dilakukan oleh pemerintah apabila terjadi pengangguran sebagai akibat dari letak kurva permintaan agregatif yang rendah seperti AgD1 atau AgD2 di atas? Apabila bagian dari kurva permintaan agregatif yang memotong kurva penawaran agregatif bukan merupakan bagian yang vertikal, maka kebijakan ekspansi moneter akan dapat menggeser kurva permintaan agregatif ke kanan. Demikian pula halnya dengan kebijakan ekspansi fiscal. Hanya saja untuk kebijakan yang kita sebutkan belakangan diperlukan memerlukan dipenuhinya syarat bahwa tingkat bunga belum mencapai ketinggian classical range. Dengan bergesernya kurva permintaan agregatif ke kanan, maka dapat diharapkan menghasilkan titik potong dengan kurva penawaran agregatif pada bagian yang vertikal sejajar dengan sumbu tingkat harga. Sebab dengan demikian berarti tingkat pendapatan nasional ekuilibrium yang dicapai merupakan tingkat pendapatan nasional full-employment, yaitu tingkat pendapatan nasional tanpa pengangguran.
            Akan tetapi apabila yang memotong kurva permintaan agregatif adalah bagian vertikal dari kurva permintaan agregatif, maka ini berarti bahwa perekonomian berada pada liquidity trap atau pada kurva permintaan investasi yang inelastis sempurna. Contoh yang dapat menggambarkan keadaan seperti ini ialah titik A yang merupakan titik potong AgD1 dengan kurva penawaran agregatif KAgS. Kalau keadaan seperti ini yang terjadi maka kebijakan ekspansi moneter murni tidak akan dapat menghilangkan atau mengurangi tingkat pengangguran. Kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah kebijakan ekspansi fiskal yang baik yang tidak disertai maupun yang disertai dengan kebijakan moneter.

  V.     Keseimbangan Umum dengan Asuransi Campuran
            Kombinasi asumsi mengenai bentuk kurva permintaan agregatif dengan kurva penawaran agregatif yang belum teruraikan tinggal dua, pertama ialah kombinasi antara kurva penawaran agregatif yang didasarkan pada asumsi Keynes dengan kurva permintaan agregatif yang didasarkan pada asumsi klasik, dan yang kedua ialah kombinasi atau pasangan kurva penawaran agregatif yang didasarkan pada asumsi klasik dengan kurva permintaan agregatif yang didasarkan pada asumsi Keynes.
              Mengenai kombinasi yang pertama tidak banyak menimbulkan masalah, sebab kesimpulan-kesimpulan teoritik mengenai masalah keseimbangan umum tidak berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dengan menggunakan asumsi Keynes. Perhatikan gambar 10.5A, di mana dengan kurva penawaran agregatif yang sama, AgS, kurva permintaan agregatif AgD1 menghasilkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium OY1, suatu tingkat pendapatan nasional di bawah tingkat full-employment. Sedangkan dengan kurva permintaan agregatif AgD2, dihasilkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium pada tingkat full-employment, OY*1..
Gambar A
                                                H                                                            AgS
                                                                                AgD2   
                                                            AgD1                                                                                       
                                  H*1

                                  H*2


                                            
                                      0                           Y*1                   Y*f            Y
                                                   Gambar B
                                                                                       AgS 
                                              H                                       AgD2         
                                         AgD1

                                  H*




0                                  Y1                                               Y2          Y
Gambar 10.5 keseimbangan Umum dengan Asumsi Campuran


Mengenai kombinasi kedua, yaitu pasangan yang terdiri dari kurva penawaran agregatif menurut asumsi klasik dan kurva permintaan agregatif menurut asumsi Keynes, dua kemungkinan dapat disebutkan. Pertama, ialah terjadi keseimbangan umum pada tingkat full-employment. Contohnya ialah Gambar 10.5, sebagai kurva permintaan agregatifnya AgD2, yang menghasilkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium sebesar OY*1, dan tingkat harga setinggi OH*.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar